Sudah sejak sore tadi Hendry hanya duduk di kursi reot
di beranda rumahnya. Pandangannya
tetap saja lurus, menyapujalansempit yang ada di depan rumahnya
Sementarakabut dingin dari Gunung
Slamet sudah mulai merengkuh tiap kehidupanpetani gurem di desanya.
SesekaliHendry menata rambutnya yang terberai hingga
bahunya,kekesalan kiniterus tersimpan di tiapruang hatinya. Sehingga angannya kini terus
melambung ke tiap tepi langit. Dan anginpunsenjapun masih saja melilittulang belulangnya.
Sepi
kini mulai bergayut dengan malam,rembulanpun telah bergegas untuksinggah di tengah langit. Sekali sekali terdengar cicit anak ayam yang
minta belaian induknya.Pekatnya malam
kini mulai tersudut, lantaran hanya adagambarIrma, gadis gaul,
gedongan, kolokandan seabreg
pesona,yang terus terbujur di hatinya.
Lantas
diapun harus bagaimana,apaharus menyodorkanIrma
dengansejuta ketidak tahuan ini, yang
hingga kini hilir mudik selalu di beranda hatinya, Meski malam semakin larut,
namun belum mau juga memberikan dia
sehelai mimpi. Kini degup jantungnya semakin menjadi kencang, Untuk memburu
kesejukan hatinya.Mengapa perahu
cintanya tak segara menambatkan sauh di pelabuhan hati Irma.
yang ditunggupun kini tiba, setelah beberapa
hari dia menunggunya. Telah datang lagi secuil harapanbertepatan dengan ultah Irma yang ke – 21.
Mungkinkah kado yang akan aku berikan bisa bercerita kepa dirinya, karena
menyadari tangan yang menyodorkan adalah tangan yang tidak tahu harus bagaimana
memberikan cinta kepa pelabuhan hatinya. Demikian bisik hati Hendry.
“Met
malam, Ir. Met ultah ya “ Demikian Hendry menuturkan dari mulutnyayangsedari tadi hanya membisu.Hendrypun memberanikan diri untuk menyodorkan ucapan selamat, setelah
dia bertatapan dengan Irma.
“MakasihDry, tahu
dari mana kalau aku hari ini ultah “. Seberkas kalimat muncul darimulutnya yang berhias senyuman tipis dengan
sejuta misteri.Hendry masih merasa
asing dengan senyuman itu,
“Irma, aku berikado untuk ultahmu,tolong
diterima , tolong ya ! “.Sengaja Hendry melontarkan niatan itu,barangkali Irma tahu bergeloranya ombak lautan yang hendak merobohkan pantai, yang
telah lama tak tahu arah dimana pantai itu terhampar.
“Makasih sekali
lagi, aku harapkan kamu nggak usah repot – repot dengan ini semua “. Senyum
manisnya kembali tersungging dari bibirnya yang manis, kembali pula
menghangatkan malam yang telah terbujur kaku. Meski Hendry sebenarnya tidak
mengharap jawaban seperti ini.
“Nggak, apa – apaIrma,emang aku sudah lamatahu hari ultahmu dan selalu kutunggu “
“Aku tidak pernah menilai seseorang dari materinya, Ndry
“
”Sama , aku juga gitu, mana aku pernah pilih – pilih
temen ?. Udah sejak aku sama kamu dulu di SMP.Aku kan nggak pernah pilih – pilih
temen.Aku ingat hari ultahmu saat di
kelas 3 SMP. Kamu ngajak satu kelas hadir di ultahmu ”
”Kok kamu masih ingat sih Ndry !. Kamu memangbetul
– betul temenku ” . Jawaban Irma betul – betul membuat jantung Hendry berdegup
tambah nggak karuan. Dia harap Irma tahu sesuatu yang masih Hendry simpan di
hati. Sayangnya kado itu tak mau bicara, untuk membantu Hendry menyampaikan sesuatu
pada cewek dengan rambut berponi dan selalu mengenakan kacamata minus. Dan mata
yang diobalik itupun sering kali membuat Hendryselalu terjebak di bayang -bayang sepi.
”Aku harap juga gitu, Irma !”. Hanya itu yang mampu Hendry sampaikan.
Selanjutnya tenggorokannya terasa kering mulutnyapun tersumbat dengan
ketidakmampuannya menundukan cewek ini. Meski dia dah lama kenal dia. Namun
entah mengapa, akhir – akhir ini gambaran
cewek ini selalu hadir di benaknya yang paling dalam.
Malam bertambah meronta dan mendesak Hendry agar dia
pulang saja. Karena malam itu juga yang tahu persis kata hati Hendry.Entah apa kata hati
itu, untuk kali ini Hendry tak mampu meredamnya.
”Aku pulang dulu, ya Irma. Udah malam gampang besok –
besok aku mampir lagi ”
”Emangnya ada apaan sih Ndry, masih sore ginikamupulang. Emangnyakamu kangen sama
pacarmu Ndry ?.
”Pacar yang mana, aku selalu takut untuk mengungkapkan
arti cintayang tersimpan dalam hati,
Irma ?, Udah ya aku pulang”. Hendrypun
segera melangkahkan kakinya untuk menuju rumahnya, di tengah malam yang benar –
benar tidak bersahabat dengannya kini.
***
” Tamu siapa Ir, tadi ! ”.Maminya Irma jadi penasarantentang tamu yang belum sempat dibuatin
minuman.
” Hendry, Mam ”
” Dah lama dia nggak kedengaran kabarnya.Ngapain dia kesini
? ”
”Ah, Cuma ngasih kado ultahku, Mam ”
”Darimana dia tahu tanggal ultahmu ? ”
“ Kan dulu
pernahIrma undang, waktu aku ultah di
kelas 3 SMP“
“Kok dia masih ingat “
“Mana aku tahu Mam, coba Mama tanyain sendiri sama
Hendry. Aku juga bingung. Padahal tahun kemarin waktu reuni
dirumahnya Anang, dia biasa – biasa aja Mam ! “
“ Itu namanya naksir kamu Ir “
“Ah Mama ada-ada aja. Aku sama Hendry kan udah kenal
lama Mam. Antara aku dan dia hanya teman biasa kok Mam ! “
“Kalau Cuma temen ngapain dia ingat ultahmu dan repot –
repot ngasih kado “
“Aduh,Mama ini
gimana sih !, Apa kalau ngasih kado itu mesti naksir , Mam ?“
“Mama tahu persis dengan ulah laki - laki. Dulu juga papa kamu begitu. Mana ada cowok repot-repot
ngasih kado, kalau dalam hatinya nggak mbayangin kamu ”
”Mama gimana sih, aku nggak bisa ngasih perhatian lebih
sama Hendry, Mam. Karena selama ini
hanya teman biasa. Nggak pernah sekalipun aku mbayangin Hendry.Mama terburu – buru menilai sih! ”
”Nggak bisa ngasih perhatian lebih ? , karena kamu selalu
ingat Santo, baru kerja di Batam saja dia udah nglupain kamu. Padahal dulu waktu dekat kamu,selalu saja memberi janji. Lebih baik kamu
punya cowok Hendry ”.
”Ah. Mama jadi nglantur kemana-mana. Aku sudah mutusin Mas Santo, Mam! .Aku udah lupa sama Mas Santo “.
“ Syukur kalau kamu udah bisa nglupain Santo. Irma !,
Mama juga wanita. Mama tahu persis perasaan seorang wanita. Apalagiperasaan kamu yang anaknya Mama. Kamu jangan
bohong, kamu masih memberi harapan sama Santo. Memang Santo sepertinya nggak
ada kekurangannya, Irma !. Ganteng,
anaknya orang kaya, pinter lagi. Maka pekerjaanlah yang nyari dia, maka
lantaran merasa punya banyak kelebihan dia dengan mudahnya melupakanmu. Mama
yakin, model kaya Santo disana dia udah punya anak – istri ”
” Terus Mama maunya apa ? ”
”Mama hanya ingin kau memilih cowok yang penuh perhatian
sama kamu. Perasaan seorang wanita sangat lembut,sebenarnya tidak ada seorang wanitapun yang
mau ditinggal laki-laki. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap laki-laki ”
”Jadi maunya Mama aku sama milih Hendry ! ”
” Nggak gitu, Irma !, Itu hak kamu untuk menentukan
pilihan. Mama hanya ngasih masukan pilihalah figur seperti Hendry. Kan tidak
harus sama Hendry.
Irma tertunduk lesu, angannya mengembalikan dia ke dua tahun silam.
Ketika dia dan Mas Santo saling menyandarkan rindu
hatinya masing-masing. Namunkarena
egonya Mas Santo sejak dia kerja di Batam,hingga kini tiada pernah kirim kabar, Jangankan selembar surat, kirim
SMS aja nggak pernah.Memang betul apa
yang dikatain Mamanya dia, toh semua itu demi kebaikan dirinya juga.
Apa bener juga, kalau Hendry temen dia sejak di SMP
mencoba hadir di kehidupannya. Ah tapi Hendry sama sekali banyak kekurangannya
dibanding dengan Mas Santo. Namun bagaimana juga Tuhan tidak penah
membeda-bedakan ciptaaNYA.Mungkin juga
Hendry masih punya kelebihan dibanding dengan Mas Santo, tapi entahlah.
Minggu pagi, cuaca sangatlah cerah layaknya bumi
dilingkungi dengan permadani warna biriu. Angin musim kemarau semilir meniup apa saja
yang ada di atas bumi.Hendry kembali
duduk di kursi depan rumah berdua dengan Irma.Setelah sekian lama dia hanya berdua dengan bayang Irma.
” Kadang aku ingat beberapa tahun lalu saat kita masih
nsekolahya.Ir !”
”Sama juga, Ndry,akujuga ingat waktu kita masih
di SMA dulu, Kayanya baru kemarin. Aku masih ingat dulu, sama temen – temen
sering main ke rumahmu, ”
”Kadang pula aku sering ingin mampir ke rumahmu. Kalau ketemu kamu, sama saja aku teringat masa sekolah
dulu ”
” Masa to Ndry. Nanti juga kamu akan bosan kalau
keseringen kesini ”
”Ah enggak kok Ir,Cuma aku takut aja nganggu acaramu ”
”Acara apa ?, Ndry. Aku kan bukan pejabat penting. Acaraku kan Cuma kuliahaja”
”Bener. Ir ? ” .
”Ngapain aku bohong, Ndry.Aku kan bukan
temenmu kemarin sore.Nanti kuliahmu
malah terganggu, Ndry.Klomain ke sini terus ”
”Aku tinggal nyelesaikan skripsiku Ir,aku nggak banyak acara kok.Paling aku tinggal belajar nyari kerja dulu
”
”Wah selamat ya, Ndry !. Sebentar lagi kamu bisa jadi
sarjana dan moga aja cepet dapat kerja ”
” Trim ya Ir,jadi
bener nih aku nggak nganggu kamu, klo sering ke sini ”
”Bener Ndry, aku sering teringat kamu dulu sering kocak .
Bila kita kumpul bareng”
”ApaCuma itu Ir,
aku harapkan bukan itu saja ”
”Ah, , nggak tau, Ndry. . . paling kamu nggak serius ”
”Sejak reuni di rumah Anang, aku pengin terus dekat sama
kamu ”
” Yang bener Ndry, aku nggak mau persahabatan kita yang
sudah lama menjadi hilang dan musnah begitu saja,aku nggak mau kamu main-main ”
”Aku serius lho Ir, aku cuma mau ada kamu di hatiku ”
Awan jingga kini menyelimuti seluruh alam ini, lamunan
yang dulu menjadi bagian hati Hendryyanglekat hingga berkarat kini
mulai pudar dihujam awan jinga.
“Jangan
sekali- kali kamu semua mencoba mendapatkan bunga kampus kita, yang suka
ngomong seenaknya dan konyol itu “ umpat Sam yang menyelipkan tubuhnya ke
tengah sokib sokibnya yang sedang rehat di halaman sekolah di tengah pagi yang
cerah. Meski saat itu musim hujan sedang menerpa kota mereka.
“Maksud
kamu bunga sekolah yang mana Sam?, yang cuakep kaya Kate Midlleton tapi nggak
pernah senyum kaya Mak Lampir itu ?” Richard tanpa selembar tiraipun
menutupi ucapanya, sehingga sebuah tawa
dari merekapun berderai di pagi itu. Pohon Akasia yang berjejer memayungi
halaman sekolah serasa hampir roboh dihempas derai tawa cowok-cowok kelas IPS,
yang lagi betah nyanggong menunggu bel
masuk
“Sayang
ya friend !, Kartika sih sebenarnya cuakep, namun galaknya minta ampun !” sela
Rush.
“Lagian
dia egois!, man ! “ Hendra mulai interest dengan seloroh mereka.
“Dari
mana kamu tahu Kartika egois, emangnya kamu pernah dekat sama dia Dra ?” desak
Steven.
“Sok
tahu kamu Dra !” bantah Sam yang tidak percaya dengan ucapan Hendra.
“Coba
dulu !, kita dengarkan Si Ganteng Pemburu
Cinta ini ngomong dulu, dia ngatain Kartika egois !, mesti dia punya alasan,
ayo dong Dra !, terusin omongan kamu “ desak Steven yang kini duduk di samping
Hendra,
“Ah,
bisa aja kamu Stev !, aku cuma ngomong asal-asalan friend !” Hendra merasa
tersudut kini, karena serangan temen temen yang membrondongnya.
“He,
man !, ayo dong yang konsisten, mengapa you ngomong Kartika egois ?. Menurut
aku sih dia angkuh, susah diajak kompromi dan susah dideketin. Betul nggak
Sam?, lihat saja Sam yang ngap-ngapan deketin Kartika. Sampai sekarang belum
berhasil, percuma kamu Sam punya sokib seperti kita kita ini ! “
“Jangankan
Sam, anak kampungan. Aku sendiri yang bisa dekat denganya belum bisa
mendapatkan dia”. Hendra melemparkan selorohnya yang membuat mereka semua
terperangah.
Pandangan
mata mereka kini semua terarah ke Hendra. Untuk beberapa saat derai tawa mereka kini terhenti dan
semua membisu.
“Temen
temen!, Kartika sering minta tolong aku
untuk ngajarin matematika, aku sering ke rumahnya. Akupun mau- mau sajaTapi
giliran aku butuh teman untuk enjoy dan refresh eh dia nggak mau “.
“Hahaha..sekarang
Si Ganteng Pemburu Cinta kena batunya,
tahu rasa kamu !” ejekan Steven menderaikan tawa mereka semua.
“Kamu
GR duluan sih Dra ?” jawab Richard.
“Kakek pikun !, bukan seperti itu cara ndekati
Kartika !” Sam masih saja belum bisa menepiskan derai tawanya.
“Makanya
lain kali jangan terburu-buru !”
“Eh,
udik !, perlu kiat khusus untuk mendapatkan kembang kampus yang flamboyant tapi angkuh itu,
belajar dulu sama kita kita ini !”. Ucapan Richard tadi semakin membawa halaman
sekolah itu bertambah semarak di pagi yang mulai dihampiri kuning sinar mentari.
“Eh,
sok pinter kamu Richard !, buktinya mana
! Kamu belum bisa mendapatkan Kartika, kan ?”
“Asal
kamu tahu, aja Dra !, Veny segalanya lebih baik dari Nenek Sihir itu !”
“Udahlah
!, jangan berantem. Kita kitakan masih anak ingusan. Masalah pacar yang
idamkan, nanti aja kalau kita sudah
mahasiswa.Kita kan belum apa –apa !!” .Pinta Rush pada kedua cowok gaul itu
yang sudah meradang nadi darahnya.
Teeet…teet…teet.
Bel sekolah mengisaratkan mereka untuk segera masuk ke kelas mereka masing
masing. Sementara anak anak IPS tadi segera berhamburan meninggalkan halaman
depan sekolah mereka. Pohon palem botol dan Akasia kali inipun bisa bernafas
lega, kemudian diam membujur diterpa sinar mentari.
***
Perlahan
lahan sinar mentari mulai tertutup mendung tebal, tak berapa lama gerimis
membasahi Bulan Desember ini. Mereka yang selesai mengikuti tes semester kini
memburu waktu agar tidak terjebak hujan. Kecuali Kartika yang sendirian sengaja
menunggu Hendra di pintu depan sekolah
Kedua
sorot mata mereka berdua bertatapan, sebuah senyum dari Hendrapun dilemparkan
ke arah Kartika, yang dibalas dengan senyum tipis dan sebuah permintaan Kartika
pada Hendra, untk mampir di kantin sekolah.
“Apa
maksudmu sih Dra ?”
“Tentang
apa ?”
“Ya
tentang aku “
“Maksudmu
?”
“Jangan
berlagak bego, aku tahu semua pembicaraan teman temanmu tadi pagi di halaman sekolah “
“Dengar
dari siapa ?” Tanya Hendra.
“Nggak
dengar dari siapa-siapa !”
“Terus
bagaimana kamu tahu ?”
“Ya,
karena aku duduk di depan kantin sini
dan dengar semua ocehan sokibmu “
“Mereka semua Cuma pengin dekat denganmu,Tika ?” Hendra
mencoba mencairkan bara api yang ada di dalam jantung cewek yang telah
menautkan benang sutra di hatinya. Cewek yang menjadi kembang kampus di
sekolahnya ini, kini telah hadir dalam beranda hatinya. Meski Hendra telah mengenal dekat dengan
Kartika, namun dia masih bimbang bagaimana mengokokan batas antara sebuah
persahabatan dengan sesuatu yang sulit
diwujudkan baginya.
“Kalau pengin deket aku,ya deket aja !. Kenapa harus
pakai selorohan kasar, si Nenek Sihir !, Mak Lampir ! dan apa lagi !. Hendra !,
mereka semua bukan sekedar mau deket dengan aku!, tapi coba kamu pikir!.
Seperti Rush, Richard, Sam, Steven itu masih seperti anak kecil, sudah berapa
surat yang mereka kirim untuk aku, belum lagi rayuan ingusan lewat hp. Mereka
semua belum tahu arti persahabatan, mereka semua hanya mengerti cinta-cinta
ingusan !”
“Tapi mungkin lebih baik lagi, bila kamu selalu memberi senyum pada mereka
bila ketemu mereka. Tika !, kalau kamu tidak memberi mereka sebuah harapan, apa
harus saling membisu bila berpapaan mereka “pinta Hendra.
“Aku memang the ice girl, namun awalnya aku juga so
smilling dengan mereka,namun mereka menartikan lain”
“ Aku juga heran, mengapa mereka menilai kamu seperti itu
?”
“Hendra !, aku juga ingin supaya kamu jangan salah paham.
Aku hanya berhasrat merangkai sebuah persahabatan. Aku tidak gampang memberikan
harapan pada semua orang. Bila aku mengajakmu belajar bersama, apa ini sesuatu
yang lain untuk kita. Maafkan aku ya Dra !, kamu nggak tersinggung,kan ?”Hendra
menggelengkan kepalanya, sebuah sorot mata ang lebay terus saja menghiasi wajahnya. Kartikapun tahu bahwa
memang cowok ini telah menyimpan sesuatu yang begitu halus dan lembut. Selembut
embun pagi.
Namun Kartikapun tahu bahwa perhatian cowok genius ini
pada dirinya sungguh lembut. Hendra selalu mengerti perasaan dirinya, apa yang menjadi batas sebuah persahabatan
antar mereka telah Hendra jaga dengan
kokoh, sekokoh pribadinya yang tangguh. Namun hanya sebatas itulah yang mampu
Kartika berikan pada cowok ini. Entah sang waktu sajalah yang bakal menorehkan
prosa antara mereka.
“Dra !”
“Ya, Tika !”.
“Kamu nggak marah kan ?”
“Nggak !”
“Aku mau minta tolong lagi, mau Dra ?”
“Katakan saja !”
“Kita bahas soal soal matematika tadi di rumahku , maukan
?”
“Asal kamu selalu memberiku senyuman yang terindah, mau
juga kan ?”
Apa mau dikata sebelum
semua ini terjadi, memang hari hari yang
dilewati terasa indah dan berlalu begitu saja. Bagi Cassy jarum waktu menebas
atmosfer yang dihirupnya, terlewatkan begitu saja. Namun ternyata Tuhan Yang
Kuasa menghendaki lain, hari hari yang melingkungi kini bagaikan rantai berduri
yang melilit leher dan sekujur tubuhnya. Setiap sorot mata teman sekelasnya, bagi
dia serasa menyudutkanya. Entah apa dan dosa dia ataukah ini hanya perasaan dia
saja yang sudah tidak memiliki hari indah penuh enjoy. Mengapa pula tumpahan
cobaan hidup bagi remaja flamboyant ini, harus dia hadapi saat dia duduk di kelas
XII, yang beberap pecan lagi dia harus menempuh UN.
Sempat Cassy
hampir satu bulan tidak masuk sekolah
semenjak mama dan papinya berpisah dihempas prahara yang membuat getir hatinya.
Maka saat itu hanya dinding kamarnya saja yang mampu dia jadikan tumpahan
curhat, meski selama itu dinding dinding kamarnya hanya diam membisu. Seloroh
seloroh dalam canda ria bersama dengan teman sekelasnya, yang cuakepnya hampir
sama dengan Boneka Barbie saat itu dia tepiskan, atau dia lebih memilih untuk
menuangkan air matanya di atas bantal gulingnya.
Sesekali Cassy
lebih memilih duduk termenung di ayunan di bawah pohon jambu di belakang rumah.
Tempat itulah yang kerap menjadi tumpahan manja dia pada papinya, saat dia
masih kecil. Setiap Hari Minggu dia selalu bermanja dalam canda sayang bersama
papi dan adik-adiknya. Termasuk suatu hari, saat hari menjelang senja di awal
bulan ini. Saat saat itu kembali datang, meski dalam kemasan lamunan. Hingga Cassy
terlihat sering tertawa sendiri, lantas
tak berapa lama air matanya meggantikan tawa riangnya. Betapa papanya
meninggalkan dia begitu saja, begitu juga maminya yang masih kelihatan cantik
dan muda, yang lebih senang bergumul kepalsuan hidup dengan pria lainya.
Hati Cassy terus
menjadi bulan bulanan ombak Laut Selatan, terombang ambing antara kenyataan
yang merenggutnya dan sebuah protes
entah kepada siapa, mengapa kenyataan ini meski terjadi. Mengapa sesuatu yang
terindah di dunia ini, harus hiolang begitu saja ?. Meski pada sore itu
telinganya mendengar deru mobil yang dia
kenal telah memasuki halaman rumahnya yang senyap. Diapun segera beranjak dari
kursinya untuk segera menjumpai sokib satu kelasnya.
“Oh..sokibku
semua, met jumpa lagi….dari mana saja kamu !..yuk silakan duduk ?” Senyum halus
Cassy tersungging dengan renyah wajah yag disodokan pada Kimberly,
2
Albert dan
Siska, yang begitu saja pada sedang merebahkan punggungnyadi kursi bambu
yang tertata di
beranda depan rumah Cassy yang luas. Sementara
mendung mengintip di belahan langit sebelah barat. Pertanda sebentar
lagi hujan akan menyambangi mereka.
“Cassy !, kamu
tambah nekad ya !, eh kamu sudah dua hari ini tidak ikut try-out. Tadi pagi Pak
Chandra nanyain kamu. Ayo dong be happy masa so sad terus. Kalau
kota kita berselimut mendung tebal, janganlah hati kamu juga ikut mendung, piss
friend !” pinta Kimberly yang sudah lama kental dengan Cassy seperti saudara
sekandung.
“Teman teman
dari klas lain malah mengira kamu pindah kota. Mereka berusaha calling kamu,
tetapi hp kamu tidak aktif. Ayo dong, Cinderella ! besok gabung lagi dengan kita,
aku mau deh njemput kamu, asal kamu mau berangkat, gimana ?” pinta Albert yang
ikut merasa kegetian hati Cassy, Cinderella yang sekarang berwajah seperti
kotanya, tertutup gulungan tebal awan hitam.
“Terimakasih,
sokibku semua. Sungguh aku sama sekali tidak ingin datang ke sekolah, jangankan
untuk ikut try-out. Seluruh hatiku tertutup awan gelap, sama sekali aku tak
selera berbuat apapun. Aku tidak sanggup ikut try out, biar aku langsung ikut
UN saja, sampaikan Pak Chandra, ya !”.
“Cassy !, bukan
itu masalahnya !. Tapi kita sekarang
kehilangan kamu !. Kamu sanggup memberi inspirasi pada kita semua, bila
kita sedang menghadapi masalah. Lagian kamu memang selalu ceria sepanjang hari,
ini yang membuat kita kehilangan, friend !” seru Siska di tengah wajah Cassy
yang mulai memerah jambu, setelah beberapa saat lalu wajah yang cantik dan melangkonis
itu pucat pasi. Selintas hadir di sisi hati Cassy betapa bahagianya saat di
tengah mereka. Baik sokib cewek ataupun yang cowok selalu memanggilnya “Cinderella
Putri Negeri Kaca”. Memang wajah Cassy cantik jelita, seperti mamanya yang
keturunan Belanda dan Ambon. Sedangkan papanya meski kelahiran asli Jawa, namun
wajahnya ganteng seperti actor sinetron.
Selain itu Cassy
dikenal semua sokibnya sebagai cewek yang luwes, familiar dan mau dekat dengan
sokib dari kalangan mana saja. Perihal kehalusan dan budi pekertinya semua
sokib dan guru-gurunya tidak memungkiri kelebihanya itu. Meski dia sanggup
tampil elegan di tempat manapun, tapi dia memilih untuk tampil bersahaja. Namun
saat saat ini dia berubah karakter begitu saja, sepertinya iblis bersayap telah
merenggut seluruh hatinya, tinggalah sisi gelap hatinya yang terus membawanya
bersikap acuh pada siapapun, malas dan tidak memiliki tanggung jawab pribadinya
terhadap masa depanya, yang seindah rajutan benang sutra.
3
Hujan deras kini
menerpa kota itu, mereka bertigapun segera pamit setelah mendapatkan
janji dari Cassy
untuk gabung lagi dengan mereka semua esok hari.
Cassy menjadi
acuh tanpa alasan pada Stevan yang telah lama berusaha mendekati dirinya, meski
sebelum itu Stevanpun hanya dianggap sahabat biasanya. Namun bagi Stevan sikap
Cassy yang lembut dan penuh peduli, dianggapnya telah membuka kedua tanganya
pada hasrat Stevan.Pada suatu pagi Stevanpun datang ke rumah Cassy dengan bekal
mampu menjadi dewa penolong terhadap keterpurukan hati Cassy.
“Akupun sama
sepertimu Cassy !, menjadi korban perpisahan mama dan papaku. Tapi aku biasa
saja, karena semua manusiapun akan mendapat giliran dari Yang Kuasa mendapatkan
cobaan “. Stevan berharap sekali mampu menyembuhkan sisi hati Cassy yang sedang
sakit.
“Itulah bedanya
aku dan kamu, Stev !!!”
“Bedanya di mana
?”
“Kamu mungkin
terbiasa dengan sikap tidak saling mencintai sesama keluarga “ jawab Cassy
dengan suara yang pelan dan datar.
“Mana bisa dalam
satu keluarga tidak saling menghargai satu sama lain ?“ jawab Stevan.
“Bisa saja,
Stevan !, dan banyak contohnya. Mama dan
papa mereka sibuk dengan bisnis dan ambisinya masing masing. Sementara
putra-putranya menjadi liar tak pernah tersentuh kasih sayang. Mungkin kamupun
terbiasa bersikap acuh dengan mama dan papamu”
“Kamu seperti
psikolog Cassy !, kalau mama papamu masih serasi dan bahagia, mengapa mereka
berpisah ?”
“Itulah manusia,
Stev !, dan akupun menjadi shok karena perpisahan mereka. Semua yang aku hadapi
tiap hari hanya limpahan kasih sayang mereka berdua dan sebaliknya. Maaf
Stevan, aku harap kita hanya sebatas sahabat saja tanpa lebih dari itu. Apa
yang kamu pinta sebelum itu, akupun tidak mengerti. Kan sudah sewajarnya sesama
karib saling menyayangi “
“Cassy !, OK !,
aku rela menjadi korban pelampiasan hati kamu, tapi jujur saja Cassy,
aku tidak mampu
jauh dari kamu “ rintih Stevan seperti hari-hari sebelumnya selalu
4
bersikap seperti
itu.
“Aku harap
engkau bisa menjadi sahabatku, maka berilah aku kebebasan untuk
menentukan apa
yang ada di hatiku. Sungguh Stevan !, semua teman pria yang berada diseputarku,
aku anggap sebagai teman biasa. Piss, Stevan !!!! “. Stevan tak mampu lagi
member jawaban pada semua yang dikatakan Cassy, dia hanya pamit dan pergi.
***
Pak Chandra
hanya mengusung sebuah senyuman yang menyuratkan bahwa dia tahu persis apa yang
sedang menyelimuti hati dan perasaan Cassy. Maka dia sebagai kepala sekolah
tanpa banyak bersikap menyalahkan Cassy. Pak Chandra hanya meminta Cassy untuk
kembali terlibat aktif di try out terakhir minggu ini.
“Cassy apa kabar
!, Cinderella kita hadir lagi !” teriak Bram.
“Rencana hari
ini kami semua akan ke rumahmu untuk meminta kamu comeback “ . Sahut Puguh
ketua kelas mereka.
“Oh My God,
bidadarimu kembali tampak di depan kita semua “ Siska segera menyeruak ke
tengah kerumunan mereka dan segera menyodorkan jabat tangan pada sahabat
setianya. Sementara Stevan dengan langkah perlahan mendekati Cassy sambil juga
menyodorkan tangan kananya untuk sebuah jabat tangan, dengan sebuah bisikan “
Cass, habis try out aku antar kamu ke Bu Wulan” pinta Stevan.
“Tidak usah Stev
!, biar aku saja yang menghadap sendirian.
***
“Nah, kamu lihat
tadi teman temanmu kehilangan kamu semua, kan Cass ?”
“Iya bu !”
“Mereka semua
tetap ceria dan aktif sekolah !”
“Mereka tidak
punya masalah keluarga, bu !”
“Siapa bilang,
Cass !, Bu Wulan sebagai wali kelas, biasa mendapat pengaduan dari mereka.
Mereka semua juga punya masalah sepertimu !”
“Tapi masalahnya
lain dengan Cassy, bu !”
5
“Ya, betul,
Cassy !. Tetapi ada beberapa yang yang jauh lebih berat dari kamu “
“Mereka semua tidak
pernah cerita sama Cassy “
“Kamu tahu
Kimberly ?, dia diasuh oleh bukan ortunya sendiri. Sementara hingga kini dia
pengin sekali bertemu dengan ortu kandungnya. Juga Nur Hayati yang mamanya
dikabarkan meninggal di Arab, sedangkan bapaknya di rumah stress. Akhirnya Bu Wulan ikut membantu biaya
sekolah, karena dia sebentar lagi ikut UN. Cassy !, cerialah seperti sebelumnya
!” pinta Bu Wulan.
“Iya bu !, Cassy
akan berusaha !”
“Cassy bahagia
dan kesedihan dari setiap manusia, itu hanya tergantung dari sisi hati sebelah
mana. Bu Wulan sudah lama mengamati kamu dan Bu Wulan kagum dengan pribadimu.
Bu Wulan yakin kamu akan mampu mengurai derita hatimu !. Untuk melupakan derita
itu, cobalah kamu teruskan bisnis mamamu, kamu saya yakin mampu bisnis di bidang
boutiq, menggantikan mamamu”
“Cassy mengerti
Bu !”
Udara di sinang
hari itu kembali cerah, sang mentari tak lagi bermuka cemberut, demikian juga
hati Cassy yang mulai benderang. Sementara itu sayap Sang Putri Negeri Kaca
kembali berkepak lagi***