Cerpen Remaja Effi Nurtanti
Sudah sejak sore tadi Hendry hanya duduk di kursi reot
di beranda rumahnya. Pandangannya
tetap saja lurus, menyapu jalan sempit yang ada di depan rumahnya
Sementara kabut dingin dari Gunung
Slamet sudah mulai merengkuh tiap kehidupan
petani gurem di desanya.
Sesekali Hendry menata rambutnya yang terberai hingga
bahunya, kekesalan kini
terus tersimpan di tiap ruang hatinya. Sehingga angannya kini terus
melambung ke tiap tepi langit. Dan anginpun
senjapun masih saja melilit
tulang belulangnya.
Sepi
kini mulai bergayut dengan malam,
rembulanpun telah bergegas untuk
singgah di tengah langit. Sekali sekali terdengar cicit anak ayam yang
minta belaian induknya. Pekatnya malam
kini mulai tersudut, lantaran hanya ada
gambar Irma, gadis gaul,
gedongan, kolokan dan seabreg
pesona, yang terus terbujur di hatinya.
Lantas
diapun harus bagaimana, apa
harus menyodorkan Irma
dengan sejuta ketidak tahuan ini, yang
hingga kini hilir mudik selalu di beranda hatinya, Meski malam semakin larut,
namun belum mau juga memberikan dia
sehelai mimpi. Kini degup jantungnya semakin menjadi kencang, Untuk memburu
kesejukan hatinya. Mengapa perahu
cintanya tak segara menambatkan sauh di pelabuhan hati Irma.
yang ditunggupun kini tiba, setelah beberapa
hari dia menunggunya. Telah datang lagi secuil harapan bertepatan dengan ultah Irma yang ke – 21.
Mungkinkah kado yang akan aku berikan bisa bercerita kepa dirinya, karena
menyadari tangan yang menyodorkan adalah tangan yang tidak tahu harus bagaimana
memberikan cinta kepa pelabuhan hatinya. Demikian bisik hati Hendry.
“Met
malam, Ir. Met ultah ya “ Demikian Hendry menuturkan dari mulutnya yang
sedari tadi hanya membisu.
Hendrypun memberanikan diri untuk menyodorkan ucapan selamat, setelah
dia bertatapan dengan Irma.
“Makasih Dry, tahu
dari mana kalau aku hari ini ultah “. Seberkas kalimat muncul dari mulutnya yang berhias senyuman tipis dengan
sejuta misteri. Hendry masih merasa
asing dengan senyuman itu,
“Irma, aku beri
kado untuk ultahmu, tolong
diterima , tolong ya ! “. Sengaja Hendry melontarkan niatan itu, barangkali Irma tahu bergeloranya ombak lautan yang hendak merobohkan pantai, yang
telah lama tak tahu arah dimana pantai itu terhampar.
“Makasih sekali
lagi, aku harapkan kamu nggak usah repot – repot dengan ini semua “. Senyum
manisnya kembali tersungging dari bibirnya yang manis, kembali pula
menghangatkan malam yang telah terbujur kaku. Meski Hendry sebenarnya tidak
mengharap jawaban seperti ini.
“Nggak, apa – apa
Irma, emang aku sudah lama tahu hari ultahmu dan selalu kutunggu “
“Menunggu, ah
kau ada – ada saja “
“Nggak apa – apa
kan !, ngasih kado untukmu meski nilainya nggak seberapa
“Aku tidak pernah menilai seseorang dari materinya, Ndry
“
”Sama , aku juga gitu, mana aku pernah pilih – pilih
temen ?. Udah sejak aku sama kamu dulu di SMP. Aku kan nggak pernah pilih – pilih
temen. Aku ingat hari ultahmu saat di
kelas 3 SMP. Kamu ngajak satu kelas hadir di ultahmu ”
”Kok kamu masih ingat sih Ndry !. Kamu memang betul
– betul temenku ” . Jawaban Irma betul – betul membuat jantung Hendry berdegup
tambah nggak karuan. Dia harap Irma tahu sesuatu yang masih Hendry simpan di
hati. Sayangnya kado itu tak mau bicara, untuk membantu Hendry menyampaikan sesuatu
pada cewek dengan rambut berponi dan selalu mengenakan kacamata minus. Dan mata
yang diobalik itupun sering kali membuat Hendry
selalu terjebak di bayang -bayang sepi.
”Aku harap juga gitu, Irma ! ”. Hanya itu yang mampu Hendry sampaikan.
Selanjutnya tenggorokannya terasa kering mulutnyapun tersumbat dengan
ketidakmampuannya menundukan cewek ini. Meski dia dah lama kenal dia. Namun
entah mengapa, akhir – akhir ini gambaran
cewek ini selalu hadir di benaknya yang paling dalam.
Malam bertambah meronta dan mendesak Hendry agar dia
pulang saja. Karena malam itu juga yang tahu persis kata hati Hendry. Entah apa kata hati
itu, untuk kali ini Hendry tak mampu meredamnya.
”Aku pulang dulu, ya Irma. Udah malam gampang besok –
besok aku mampir lagi ”
”Emangnya ada apaan sih Ndry, masih sore gini kamu
pulang. Emangnya kamu kangen sama
pacarmu Ndry ?.
”Pacar yang mana, aku selalu takut untuk mengungkapkan
arti cinta yang tersimpan dalam hati,
Irma ?, Udah ya aku pulang ”. Hendrypun
segera melangkahkan kakinya untuk menuju rumahnya, di tengah malam yang benar –
benar tidak bersahabat dengannya kini.
***
” Tamu siapa Ir, tadi ! ”. Maminya Irma jadi penasaran tentang tamu yang belum sempat dibuatin
minuman.
” Hendry, Mam ”
” Dah lama dia nggak kedengaran kabarnya. Ngapain dia kesini
? ”
”Ah, Cuma ngasih kado ultahku, Mam ”
”Darimana dia tahu tanggal ultahmu ? ”
“ Kan dulu
pernah Irma undang, waktu aku ultah di
kelas 3 SMP “
“Kok dia masih ingat “
“Mana aku tahu Mam, coba Mama tanyain sendiri sama
Hendry. Aku juga bingung. Padahal tahun kemarin waktu reuni
dirumahnya Anang, dia biasa – biasa aja Mam ! “
“ Itu namanya naksir kamu Ir “
“Ah Mama ada-ada aja. Aku sama Hendry kan udah kenal
lama Mam. Antara aku dan dia hanya teman biasa kok Mam ! “
“Kalau Cuma temen ngapain dia ingat ultahmu dan repot –
repot ngasih kado “
“Aduh, Mama ini
gimana sih !, Apa kalau ngasih kado itu mesti naksir , Mam ?“
“Mama tahu persis dengan ulah laki - laki. Dulu juga papa kamu begitu. Mana ada cowok repot-repot
ngasih kado, kalau dalam hatinya nggak mbayangin kamu ”
”Mama gimana sih, aku nggak bisa ngasih perhatian lebih
sama Hendry, Mam. Karena selama ini
hanya teman biasa. Nggak pernah sekalipun aku mbayangin Hendry. Mama terburu – buru menilai sih ! ”
”Nggak bisa ngasih perhatian lebih ? , karena kamu selalu
ingat Santo, baru kerja di Batam saja dia udah nglupain kamu. Padahal dulu waktu dekat kamu, selalu saja memberi janji. Lebih baik kamu
punya cowok Hendry ”.
”Ah. Mama jadi nglantur kemana-mana. Aku sudah mutusin Mas Santo, Mam ! . Aku udah lupa sama Mas Santo “.
“ Syukur kalau kamu udah bisa nglupain Santo. Irma !,
Mama juga wanita. Mama tahu persis perasaan seorang wanita. Apalagi perasaan kamu yang anaknya Mama. Kamu jangan
bohong, kamu masih memberi harapan sama Santo. Memang Santo sepertinya nggak
ada kekurangannya, Irma !. Ganteng,
anaknya orang kaya, pinter lagi. Maka pekerjaanlah yang nyari dia, maka
lantaran merasa punya banyak kelebihan dia dengan mudahnya melupakanmu. Mama
yakin, model kaya Santo disana dia udah punya anak – istri ”
” Terus Mama maunya apa ? ”
”Mama hanya ingin kau memilih cowok yang penuh perhatian
sama kamu. Perasaan seorang wanita sangat lembut, sebenarnya tidak ada seorang wanitapun yang
mau ditinggal laki-laki. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap laki-laki ”
”Jadi maunya Mama aku sama milih Hendry ! ”
” Nggak gitu, Irma !, Itu hak kamu untuk menentukan
pilihan. Mama hanya ngasih masukan pilihalah figur seperti Hendry. Kan tidak
harus sama Hendry.
Irma tertunduk lesu, angannya mengembalikan dia ke dua tahun silam.
Ketika dia dan Mas Santo saling menyandarkan rindu
hatinya masing-masing. Namun karena
egonya Mas Santo sejak dia kerja di Batam,
hingga kini tiada pernah kirim kabar, Jangankan selembar surat, kirim
SMS aja nggak pernah. Memang betul apa
yang dikatain Mamanya dia, toh semua itu demi kebaikan dirinya juga.
Apa bener juga, kalau Hendry temen dia sejak di SMP
mencoba hadir di kehidupannya. Ah tapi Hendry sama sekali banyak kekurangannya
dibanding dengan Mas Santo. Namun bagaimana juga Tuhan tidak penah
membeda-bedakan ciptaaNYA. Mungkin juga
Hendry masih punya kelebihan dibanding dengan Mas Santo, tapi entahlah.
Minggu pagi, cuaca sangatlah cerah layaknya bumi
dilingkungi dengan permadani warna biriu. Angin musim kemarau semilir meniup apa saja
yang ada di atas bumi. Hendry kembali
duduk di kursi depan rumah berdua dengan Irma.
Setelah sekian lama dia hanya berdua dengan bayang Irma.
” Kadang aku ingat beberapa tahun lalu saat kita masih
nsekolah ya. Ir !
”
”Sama juga, Ndry,
aku juga ingat waktu kita masih
di SMA dulu, Kayanya baru kemarin. Aku masih ingat dulu, sama temen – temen
sering main ke rumahmu, ”
”Kadang pula aku sering ingin mampir ke rumahmu. Kalau ketemu kamu, sama saja aku teringat masa sekolah
dulu ”
” Masa to Ndry. Nanti juga kamu akan bosan kalau
keseringen kesini ”
”Ah enggak kok Ir,
Cuma aku takut aja nganggu acaramu ”
”Acara apa ?, Ndry. Aku kan bukan pejabat penting. Acaraku kan Cuma kuliah
aja”
”Bener. Ir ? ” .
”Ngapain aku bohong, Ndry. Aku kan bukan
temenmu kemarin sore. Nanti kuliahmu
malah terganggu, Ndry. Klo main ke sini terus ”
”Aku tinggal nyelesaikan skripsiku Ir, aku nggak banyak acara kok. Paling aku tinggal belajar nyari kerja dulu
”
”Wah selamat ya, Ndry !. Sebentar lagi kamu bisa jadi
sarjana dan moga aja cepet dapat kerja ”
” Trim ya Ir, jadi
bener nih aku nggak nganggu kamu, klo sering ke sini ”
”Bener Ndry, aku sering teringat kamu dulu sering kocak .
Bila kita kumpul bareng”
”Apa Cuma itu Ir,
aku harapkan bukan itu saja ”
”Ah, , nggak tau, Ndry. . . paling kamu nggak serius ”
”Sejak reuni di rumah Anang, aku pengin terus dekat sama
kamu ”
” Yang bener Ndry, aku nggak mau persahabatan kita yang
sudah lama menjadi hilang dan musnah begitu saja, aku nggak mau kamu main-main ”
”Aku serius lho Ir, aku cuma mau ada kamu di hatiku ”
Awan jingga kini menyelimuti seluruh alam ini, lamunan
yang dulu menjadi bagian hati Hendry
yang lekat hingga berkarat kini
mulai pudar dihujam awan jinga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar