Puisi Effi Nurtanti
pagi indah....
disemai nyanyian pipit.
hari yang masih dalam kantong bajuku...
tak segera bersolek dalam adonan haru biru
guratan alam...merinduku
... dalam timangan pangkuan Illahi...
aku datang lagi,
menjadi milik hari, dalam egoisnya jarum waktu
melesat, menebas rambt sutra mentari...
aku tak peduli dengan kerling mataku sendiri
inilah hidup....
disemai nyanyian pipit.
hari yang masih dalam kantong bajuku...
tak segera bersolek dalam adonan haru biru
guratan alam...merinduku
... dalam timangan pangkuan Illahi...
aku datang lagi,
menjadi milik hari, dalam egoisnya jarum waktu
melesat, menebas rambt sutra mentari...
aku tak peduli dengan kerling mataku sendiri
inilah hidup....
aku dalam damai, sang rembulan…..
melepas sayapnya untuk memberi seloroh,
bunga pandan menyeringai pada
pagar bambu
saat kamboja dan edelweiss,
berteriak melengking
menjamu kepodang dan nuri yang …
telah menyelupkan bulunya
pada embun dini hari
saat kusedu aroma teh
dan panganan pagi “perempuan
desa”
dengan pundak lusuh, berdebu
batang padi
dan sekerat harap pada bilah
hidup
sementara bilik jantung, pada serambi
pagi….
menelantarkan kain hitam milik
durjana durjana
yang merenggutkan kuku tajamnya
pada birama hidup, aku
menggelepar
dalam rindu pada batas hari
yang samar namun tegas
membimbingku
aku dalam usungan ceria
menjamu pagi, bersama kelopak
bungaku
yang kukrim pada jendela langit
…………………..
nanar dan meradang
(Semarang, pagi 2 Mei 12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar